Senin, 30 September 2013

Kodi dan Kada

Penulis: Bambang "Baim" Irwanto
Diterbitkan di Kumpulan Dongeng Pustaka Ola
Edisi 82, Aguatus 2013

      Kodi kodok melompat-lompat gembira. Ia sudah lama menanti musim penghujan. Kodi bisa bermain hujan sambil menceburkan diri di jalanan yang tergenang air. Tapi hari ini, Kodi ingin pergi ke taman kota.
      “Hei, kamu mau kemana?” tiba-tiba ada yang menyapa Kodi.
      “Kamu siapa?” tanya Kodi pada seekor katak.
      “Kenalkan, saya Kada!” tanpa diminta Kada langsung mengulurkan tangan pada Kodi.
      Dengan malas Kodi menjabat tangan Kada. “Saya Kodi!”
      “Kamu mau ke mana, Kodi?” tanya Kada lagi.

      “Aku mau berjalan-jalan ke kota.”
      “Wah, aku ikut, ya! Aku ingin sekali melihat kota.”
      Terpaksa Kodi mengangguk . Kada melompat kegirangan. Akhirnya Kada bisa melihat kota. Selama ini, Kada hanya mendengar cerita dari Paman Kordi katak saja. Kata Paman Kordi, kota itu sangat indah dengan lampu berwarna-warni.
      Kodi segera melompat-lompat. Kada menyusul Kodi.
      Kada baru tahu. Ternyata perjalanan ke kota cukup jauh. Untuk sampai ke kota, mereka harus melewati kolam kecil. Byur.. Kodi dan Kada berenang menyusuri kolam itu.
      “Hei kalian kembar, ya? ” tanya anak ikan yang berpapasan dengan mereka.
      “Tentu saja tidak. Aku kodok dia katak,” jawab Kodi gusar.
      “Apa bedanya? Kalian sama saja. Suka mengorek dan melompat tinggi,” kata anak ikan.
      Kodi kesal kalau ada yang menyamakannya dirinya dengan Katak. Tentu saja ia lebih baik dibandingkan Kada. Kakinya lebih panjang, sehingga ia bisa melompat lebih tinggi dibandingkan Kada. Tubuh Kodi mulus, sedangkan tubuh Kada bentol-bentol dan menjijikkan.
      “Oh, begitu... tapi kalau dari jauh, kalian sama saja,” kata anak ikan itu lagi.
      Ehm, Kodi kesal. Sudah capek menjelaskan, masih dianggap sama juga.
      “Sudah jangan kesal. Sekali-kali kamu bilang saja, kalau kita ini saudara kembar,” goda Kada. Kodi bertambah kesal.
      Akhirnya mereka sampai di tepian kolam. Kodi dan Kada melompat ke darat. Mereka segera menuju sebuah rumah.
      “Katannya kita mau ke kota, kok malah ke rumah petani,”
      “Kamu tidak tahu ya, kalau kota itu jauh sekali. Kita tidak sanggup melompat-lompat sampai ke kota,” kata Kodi sambil melompat ke truk. Ia tersenyum, karena ia lebih pintar dari Kada.
      Tidak lama seorang bapak petani keluar rumah dan membawa keranjang besar berisi aneka sayuran. Pak petani itu meletakkan keranjang, lalu bergegas memanaskan mesin mobil terlebih dahu. Kini Kada mengerti. Mereka akan menumpang mobil ke kota.
      Hup.. Kodi dan Kada melompat masuk ke dalam keranjang sayuran itu. Mereka lalu bersembunyi di antara sayuran
      Tidak berapa lama, Pak Petani menaikkan keranjang sayuran ke atas truk. Truk lalu bergerak. Kodi dan Kada terdiam di dalam. Kada merasa truk itu berjalan lama sekali. Berkali-kali tubuh Kada dan Kodi terguncang. Akhirnya truk berhenti.
      Kodi segera melompat turun sebelum Pak petani melihat mereka. Kada juga ikut melompat.
      “Kita ke mana lagi?” tanya Kada.
      “Kita tunggu sampai sore,” jawab Kodi.
      “Kenapa harus begitu?” tanya Kada penasaran.
      “Nanti juga kamu akan tahu sendiri,” jawab Kodi kesal sambil memejamkan matanya.
Akhirnya Kada tidak bertanya lagi. Ia tahu, Kodi mulai kesal padanya. Kada memilih tidur juga. Perjalanan menuju kota melelahkan juga.
      Saat malam tiba, Kodi melompat-lompat. Kada mengikuti Kodi. Ternyata Kodi menuju sebuah taman yang banyak lampunya. Kini Kada mengerti.
      “Oh, jadi nyamuk itu suka berkumpul di lampu terang, ya!” seru Kada.
      Mereka naik ke atas bangku taman. Kada melompat tinggi lalu menjulurkan lidahnya menangkap nyamuk.       Sebentar saja ia sudah kenyang. Sedangkan Kodi masih terus berusaha menangkap nyamuk, karena lompatannya tidak tinggi. Kodi menertawakan Kada, lalu diam-diam melompat pergi.
      “Kada tunggu aku!” Kodi berusaha mengejar Kada.
Kada kesal, Kodi selalu saja ingin mengikutinya. Padahal kan, dia memang lebih unggul dibandingkan Kodi.
Kodi terus melompat-lompat menuju sebuah rumah.
      “Kamu jangan ke situ, Kodi! Paman Kordi selalu berpesan, aku tidak boleh masuk ke rumah,” cegah Kada.
      “Memangnya kenapa?” tanya Kodi sedikit penasaran.
      “Manusia tidak suka kita masuk ke dalam rumah. Mereka pasti langsung mengusir. Selain itu mereka akan....”
      “Ah, banyak bicara kamu!” Kodi langsung memotong ucapan Kada. Ia segera melompat-lompat menuju halaman sebuah rumah.
      Wah, Kodi senang sekali, rumah itu mempunyai kolam ikan. Tanpa menunggu lama, Kodi segera berenang di kolam itu. Apalagi disekitar situ banyak nyamuk berterbangan. Haphaphap. Kodi makan nyamuk lagi.
      “Kodi kita harus segera pergi dari sini!” ajak Kada saat mendengar langkah manusia
      “Kamu pulang saja!” usir Kada
      Tiba-tiba ada seorang anak menghampriri kolam. “Papa, ada kodok di kolam, “ teriak anak itu.
      Papa anak itu datang lalu mengambil jaring penangkap ikan. Kodi terjerat. “Lumayan untuk umpan pancing besok.”
      Dari balik rumput, Kada hanya bisa menyaksikan Kodi tak berdaya. Ia baru saja mau mengingatkan Kodi, kalau manusia lebih suka kodok dibandingkan katak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar