Penulis: Erna Fitrini
(Bobo 33/XXXIX 24 Nov 2011)
“Sekarang
giliranmu, Pi.” Mirza memberikan dadu kepada temannya. Sejak dari
pulang sekolah, Mirza dan tiga temannya asik bermain
monopoli.
Tiba-tiba
terdengar suara ramai di muka rumah.
Mirza langsung meninggalkan teman-teman dan berlari ke teras. Pak Zainul, ayah Mirza sedang membersihkan
linggis di teras. “Ada apa, Yah?”
“Entahlah....” Pak Zainul meletakkan linggis.
Penduduk desa berlari ke arah rawa
yang berada di dekat gedung sekolah.
Mereka membawa golok, bambu, linggis dan sekop.
“Hei, ada apa?” tanya Pak
Zainul.
Salah satu dari mereka menoleh
sebentar. Dia mengatakan sesuatu, tapi
tidak jelas terdengar karena ramainya suara orang-orang berteriak. Yang terdengar jelas hanya kata, “Rawa!”
Dengan cepat Ayah mengenakan sepatu
bot karet dan mengambil linggis.
“Yah, aku ikut,” minta Mirza.